Sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup seseorang dalam mencari kebenaran hingga mendapatkan hidayah Allah dalam tataran ma’rifat lahiriyah juga batiniyahnya.
Prakisah : Perang saudara yang berkepanjangan di Majapahit, menyisakan penderitaan bagi seluruh rakyatnya, penyakit dan kelaparan terjadi dimana-mana.
Kadipaten Tuban salah satu bawahan Majapahit mau tidak mau terkena imbasnya, kelaparan dan kematian hampir setiap hari selalu terjadi.
Raden Mas Said putra Adhipati Wilwatikta tergerak hati untuk menolong rakyatnya, dengan mencuri bahan makanan dari lumbung Kadipaten dia bagikan untuk rakyatnya. Lama kelamaan perbuatannya tercium juga, berkurangnya bahan makanan di lumbung Kadipaten membuat Adhipati Wilwatikta marah besar. Tidak hanya itu dia juga merampok rumah orang kaya
Scene 1
Suatu hari terdapat suami isti kaya raya sedang membicarakan wilayah tuban yang dirasa sudah tidak aman lagi
Suami : kampung kita semakin hari semakin tidak aman saja
Istri : Iya betul makin banyak pencurian terjadi dimana mana
Suami : Apakah Adipati Tuban tidak bisa mengatasi masalah ini
Istri : entahlah ayo kita tidur, semoga masalah ini cepat selesai
Setelah tertidur agak lelap tiba tiba datang seorang tak dikenal masuk ke rumah dan merampok barang barang milik orang tersebut
Suami : bangun istriku ada pencurian di rumah kita
Istri : cepat kejar suamiku
Ternyata rampok tersebut lebih jago daripada laki laki tersebut
Scene 2
Patih Gajah Lembana berhasil menangkap pencuri di Lumbung pangan Kadipaten, segera dihadapkan kepada Adhipati Wilwatikta.
Patih Gajah Lembana menghadap Adhipati membawa tawanan.
Patih : mohon maaf kanjeng, pencuri itu bisa kami tangkap
Adipati : Apakah ini pencuri yang meresahkan warga
Patih : betul Gusti
Adipati : buka penutup wajahnya aku ingin melihat nya
Setelah dibuka ternyata orang tersebut tidak lain adalah Raden kang mas said atau putranya sendiri
Adipati : apa yang kau lakukan said
Raden Said : Ampun ayahanda, aku melakukan nya untuk membantu rakyat miskin
Adipati : tidak salah kamu menolong tapi kita masih punya utang kepada Majapahit
Raden said : kenapa kita harus membantu Majapahit
Adipati : keluar kau dari istanaku ini dasar brandal
Raden said : kalau itu mau ayahanda akan aku lakukan
Dewi ambrawati : ampuni kang mas said Baginda, suruh dia kembali dia kan penerus tahta kadipaten Tuban, kalau bukan dia siapa yang akan menggantikan Baginda
Adipati : Tidak Diajeng ucapanku tidak bisa ditarik lagi
Puteri Rayung Wulan : Iya ayah, ampuni kang mas apakah ayahanda tidak kasihan
Adipati : Kalau kau ingin mengikuti kakakmu ikutlah denganya kau boleh pergi
Dewi ambrawati : Apa yang kau lakukan Baginda sehingga kau tega mengusir kedua anak kita
Putri Rayung Wulan : (sambil menangis) baiklah ayah ibu terimakasih atas yang kau berikan selama ini, aku minta maaf, assalamu'alaikum ibu
Dewi ambrawati : putriku jangan pergi
Adipati : jangan dikejar (sambil memegang tangan Dewi ambrawati)
Scene 3
Setelah itu Dewi Rayung Wulan mengikuti Raden mas said mengembara di tengah hutan
Dewi Rayung Wulan : Dimana ini kak
Raden mas said : diamlah percayalah kepadaku
Rayung Wulan : Baik kak kalau begitu
Setelah berjalan agak lama Mereke menemukan sebuah gubuk di tengah hutan dan bertemu nenek tua
Raden mas said : Nek apakah boleh aku menitipkan adikku disini
Nenek tua: ada apa anak muda kau menitipkan adikmu
Raden mas said : Aku ada tugas penting yang harus aku lakukan
Nenek tua : Baiklah, pergilah kau anak muda akan kujaga adikmu disini
Raden mas said : Ikutlah kau dengan nenek ini
Rayung Wulan : Tapi kak, aku takut disini
Raden mas said : percayalah ada Allah yang selalu menjagamu
Rayung Wulan : Hati hati kak, jangan lupa untuk kembali ke sini lagi
Nenek tua : Sudah biarkan saja kakakmu pergi
Scene 4
Perjalanan Raden Said dari Kadipaten Tuban sampai pada hutan lebat, letaknya perbatasa antara perbatasan Kadipaten Tuban, Kadipaten Bojonegoro, dan Kadipaten Madiun. Orang sekitar menyebutnya hutan Gelagah Wangi. Dari sini Raden Said merampas semua pajak atau upeti yang dikirim untuk Kerajaan Majapahit, dia dikenal dengan sebutan berandal Loka Jaya. Semua hasil rampasan ia bagikan untuk rakyat yang kelaparan, namanya menggetarkan Majapahit. Dia disangjung rakyat tapi dibenci punggawa kerajaan.
Suatu hari melintas orang tua di Hutan Gelagah Wangi, Loka Jaya mengejar orang tua itu karena tertarik pada tongkatnya, dengan napas terengah Loka Jaya berhasil menyusul orang tua itu.
Loka jaya : berhenti pak tua
Sunan Bonang : Ada apa anak muda kau menghentikan langkahku
Loka jaya : aku ingin tongkatmu pak tua, kelihatan bagus dan mahal harganya
Sunan Bonang : Tongkat ini hanya kayu biasa anak muda, tidak ada harganya untuk apa kau menginginkan nya
Loka jaya : Aku ingin menjual dan membagikan nya kepada yg membutuhkan
Sunan Bonang : Sebenarnya niatmu bagus tapi caramu tidak benar, meskipun niatmu baik tapi caramu salah merampok tetap perbuatan dosa, ingatlah Allah selalu mengawasimu, ambil buah itu anak muda
Loka Jaya kaget menghampiri pohon itu, memanjat dan mengambil buah yang dikiranya emas. Nafsu yang menguasai sehingga ia terjatuh, dan buah itu menimpa tubuhnya, berubah menjadi wujud aslinya, yaitu pohon buah kolang kaling. Setelah sadar Loka Jaya terkejut, ternyata buah yang dikiranya emas hanyalah kolang-kaling. Dia baru menyadari kalau orang tua yang di hadapannya tadi bukan orang sembarangan. Dia mau berguru, maka dikejarnya orang tua itu.
Loka jaya : tunggu pak tua, izinkan aku tahu siapa namamu
Sunan Bonang : orang menyebutku sunan Bonang
Loka jaya : Izinkan aku berguru padamu kanjeng sunan, untuk menebus semua dosaku
Sunan Bonang : aku tahu siapa kau, sebenarnya Kau adalah putra dari Adipati Tuban, apa kau siap menjadi muridku
Loka jaya : Lahir batin saya siap kanjeg Sunan
Sunan Bonang : Aku ada urusan di Demak, tugasmu adalah jagalah tongkat ini, jangan pergi sebelum aku kembali
Loka jaya : baik kanjeng sunan
Scene 5
Sepeninggal Sunan Bonang, Loka Jaya atau Raden Said duduk bersila di depan tongkat yang ditancapkan Sunan Bonang tadi.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Tubuhnya dipenuhi tumbuhan dan semak belukar, tak terasa 3 tahun sudah Raden Said atau Loka Jaya, bertapa menunggu kedatangan Sunan Bonang. Suatu ketika Sunan Bonang melintasi wilayah itu dan baru teringat dengan Raden Said. Ketika Sunan Bonang datang ke tempat dulu ia menancapkan tongkatnya, Raden Said tidak terlihat, yang ada hanya gerombolan semak belukar. Ketika didekati, tenyata itu tubuh Said yang ditumbuhi semak belukar. Dengan terenyuh dibersihkan tubuh Said dari semak belukar. Sunan Bonang mencoba membangunkan Said dari pertapaannya, tapi Said tidak bisa dibangunkan dengan cara biasa. Sunan Bonang tersenyum dia tahu kalau Raden Said mendapatkan ma’rifat dari Allah, maka tidak ada cara lain untuk membangunkannya selain dengan adzan di telinga kanan dan dikhomati di telinga kiri. Barulah Raden Said terbangun dari tapanya.
Sunan Bonang : Qomat
Sunan Bonang : assalamu'alaikum said
Raden mas said : Waalaikumsalam kanjeng sunan
Sunan Bonang : Alhamdulillah kau berhasil menyelesaikan tugasmu, dan pakailah jubah putih ini, dan kamu akan menggenapi wali di Demak menjadi Walisongo
Raden mas said : Tidak kanjeng, biarlah aku memakai pakaian serba hitam ini untuk selalu mengingat akan dosaku yang kuperbuat selama ini
Sunan Bonang : Baiklah karena selam 7 tahun kau bertapa disini aku memberimu nama sunan Kalijaga
Scene 6
Setelah menjadi sunan, Kalijaga teringat dengan adiknya dan dia ingin kembali menemui adiknya tetapi ditengah hutan dia bertemu dengan seorang siluman
Siluman : apa kau Raden mas said
Sunan Kalijaga : Iya benar ada apa
Siluman : kau telah ditunggu seseorang putri dari kerajaan jin, ayo ikut denganku
Sunan Kalijaga : aku tidak mau
Siluman : Hadapi aku kalau kau tidak mau
Pertarungan berlangsung sengit tapi akal licik siluman itu dapat mengalahkan sunan Kalijaga dan membawanya ke kerajaan jin
Scene 7
Setelah sadar sunan Kalijaga ditemui seorang wanita yang tidak lain adalah putri kerajaan jin
Putri jin : Aku ratu dari semua jenis jin
Sunan Kalijaga : Kenapa kau membawaku kemari
Putri jin : aku ingin kau menjadi pendamping ku
Sunan Kalijaga : aku tidak mau bangsa jin dan manusia tidak bisa disatukan
Putri jin : kalau kau tidak mau aku akan mengurungmu, siluman kesini kau
Siluman : ada apa yang mulia ratu
Putri jin : kurung dia di penjara kasat mata sehingga tidak akan ada yang bisa melihat nya
Siluman : baik yang mulia akan saya laksanakan
Scene 8
Sunan Kalijaga akhirnya dikurung di dalam penjara tak kasat mata, suatu hari seorang pelayan pergi menghampiri sunan Kalijaga untuk membawakan makanan
Pelayan : aku akan melepaskan mu, pergilah jauh jauh kau dari tempat ini, ini tempat terkutuk
Sunan Kalijaga : kenapa kau menolong ku
Pelayan : Jangan banyak tanya, aku adalah utusan sunan Bonang, cepat pergi dari sini sebelum kau ketahuan
Sunan Kalijaga : Baiklah aku pamit, assalamu'alaikum
Ditengah hutan selama berbulan bulan dia tidak kunjung menemukan adiknya, dan akhirnya suatu hari dia menemukan sebuah kerajaan yaitu kerajaan demak dan bertemu dengan sunan Bonang, dan mereka akhirnya membangun masjid yang sekarang ini dikenal dengan masjid agung Demak
By : Yoga prastiyo
XI APHPI 2
SMKN Darul Ulum Muncar
Prakisah : Perang saudara yang berkepanjangan di Majapahit, menyisakan penderitaan bagi seluruh rakyatnya, penyakit dan kelaparan terjadi dimana-mana.
Kadipaten Tuban salah satu bawahan Majapahit mau tidak mau terkena imbasnya, kelaparan dan kematian hampir setiap hari selalu terjadi.
Raden Mas Said putra Adhipati Wilwatikta tergerak hati untuk menolong rakyatnya, dengan mencuri bahan makanan dari lumbung Kadipaten dia bagikan untuk rakyatnya. Lama kelamaan perbuatannya tercium juga, berkurangnya bahan makanan di lumbung Kadipaten membuat Adhipati Wilwatikta marah besar. Tidak hanya itu dia juga merampok rumah orang kaya
Scene 1
Suatu hari terdapat suami isti kaya raya sedang membicarakan wilayah tuban yang dirasa sudah tidak aman lagi
Suami : kampung kita semakin hari semakin tidak aman saja
Istri : Iya betul makin banyak pencurian terjadi dimana mana
Suami : Apakah Adipati Tuban tidak bisa mengatasi masalah ini
Istri : entahlah ayo kita tidur, semoga masalah ini cepat selesai
Setelah tertidur agak lelap tiba tiba datang seorang tak dikenal masuk ke rumah dan merampok barang barang milik orang tersebut
Suami : bangun istriku ada pencurian di rumah kita
Istri : cepat kejar suamiku
Ternyata rampok tersebut lebih jago daripada laki laki tersebut
Scene 2
Patih Gajah Lembana berhasil menangkap pencuri di Lumbung pangan Kadipaten, segera dihadapkan kepada Adhipati Wilwatikta.
Patih Gajah Lembana menghadap Adhipati membawa tawanan.
Patih : mohon maaf kanjeng, pencuri itu bisa kami tangkap
Adipati : Apakah ini pencuri yang meresahkan warga
Patih : betul Gusti
Adipati : buka penutup wajahnya aku ingin melihat nya
Setelah dibuka ternyata orang tersebut tidak lain adalah Raden kang mas said atau putranya sendiri
Adipati : apa yang kau lakukan said
Raden Said : Ampun ayahanda, aku melakukan nya untuk membantu rakyat miskin
Adipati : tidak salah kamu menolong tapi kita masih punya utang kepada Majapahit
Raden said : kenapa kita harus membantu Majapahit
Adipati : keluar kau dari istanaku ini dasar brandal
Raden said : kalau itu mau ayahanda akan aku lakukan
Dewi ambrawati : ampuni kang mas said Baginda, suruh dia kembali dia kan penerus tahta kadipaten Tuban, kalau bukan dia siapa yang akan menggantikan Baginda
Adipati : Tidak Diajeng ucapanku tidak bisa ditarik lagi
Puteri Rayung Wulan : Iya ayah, ampuni kang mas apakah ayahanda tidak kasihan
Adipati : Kalau kau ingin mengikuti kakakmu ikutlah denganya kau boleh pergi
Dewi ambrawati : Apa yang kau lakukan Baginda sehingga kau tega mengusir kedua anak kita
Putri Rayung Wulan : (sambil menangis) baiklah ayah ibu terimakasih atas yang kau berikan selama ini, aku minta maaf, assalamu'alaikum ibu
Dewi ambrawati : putriku jangan pergi
Adipati : jangan dikejar (sambil memegang tangan Dewi ambrawati)
Scene 3
Setelah itu Dewi Rayung Wulan mengikuti Raden mas said mengembara di tengah hutan
Dewi Rayung Wulan : Dimana ini kak
Raden mas said : diamlah percayalah kepadaku
Rayung Wulan : Baik kak kalau begitu
Setelah berjalan agak lama Mereke menemukan sebuah gubuk di tengah hutan dan bertemu nenek tua
Raden mas said : Nek apakah boleh aku menitipkan adikku disini
Nenek tua: ada apa anak muda kau menitipkan adikmu
Raden mas said : Aku ada tugas penting yang harus aku lakukan
Nenek tua : Baiklah, pergilah kau anak muda akan kujaga adikmu disini
Raden mas said : Ikutlah kau dengan nenek ini
Rayung Wulan : Tapi kak, aku takut disini
Raden mas said : percayalah ada Allah yang selalu menjagamu
Rayung Wulan : Hati hati kak, jangan lupa untuk kembali ke sini lagi
Nenek tua : Sudah biarkan saja kakakmu pergi
Scene 4
Perjalanan Raden Said dari Kadipaten Tuban sampai pada hutan lebat, letaknya perbatasa antara perbatasan Kadipaten Tuban, Kadipaten Bojonegoro, dan Kadipaten Madiun. Orang sekitar menyebutnya hutan Gelagah Wangi. Dari sini Raden Said merampas semua pajak atau upeti yang dikirim untuk Kerajaan Majapahit, dia dikenal dengan sebutan berandal Loka Jaya. Semua hasil rampasan ia bagikan untuk rakyat yang kelaparan, namanya menggetarkan Majapahit. Dia disangjung rakyat tapi dibenci punggawa kerajaan.
Suatu hari melintas orang tua di Hutan Gelagah Wangi, Loka Jaya mengejar orang tua itu karena tertarik pada tongkatnya, dengan napas terengah Loka Jaya berhasil menyusul orang tua itu.
Loka jaya : berhenti pak tua
Sunan Bonang : Ada apa anak muda kau menghentikan langkahku
Loka jaya : aku ingin tongkatmu pak tua, kelihatan bagus dan mahal harganya
Sunan Bonang : Tongkat ini hanya kayu biasa anak muda, tidak ada harganya untuk apa kau menginginkan nya
Loka jaya : Aku ingin menjual dan membagikan nya kepada yg membutuhkan
Sunan Bonang : Sebenarnya niatmu bagus tapi caramu tidak benar, meskipun niatmu baik tapi caramu salah merampok tetap perbuatan dosa, ingatlah Allah selalu mengawasimu, ambil buah itu anak muda
Loka Jaya kaget menghampiri pohon itu, memanjat dan mengambil buah yang dikiranya emas. Nafsu yang menguasai sehingga ia terjatuh, dan buah itu menimpa tubuhnya, berubah menjadi wujud aslinya, yaitu pohon buah kolang kaling. Setelah sadar Loka Jaya terkejut, ternyata buah yang dikiranya emas hanyalah kolang-kaling. Dia baru menyadari kalau orang tua yang di hadapannya tadi bukan orang sembarangan. Dia mau berguru, maka dikejarnya orang tua itu.
Loka jaya : tunggu pak tua, izinkan aku tahu siapa namamu
Sunan Bonang : orang menyebutku sunan Bonang
Loka jaya : Izinkan aku berguru padamu kanjeng sunan, untuk menebus semua dosaku
Sunan Bonang : aku tahu siapa kau, sebenarnya Kau adalah putra dari Adipati Tuban, apa kau siap menjadi muridku
Loka jaya : Lahir batin saya siap kanjeg Sunan
Sunan Bonang : Aku ada urusan di Demak, tugasmu adalah jagalah tongkat ini, jangan pergi sebelum aku kembali
Loka jaya : baik kanjeng sunan
Scene 5
Sepeninggal Sunan Bonang, Loka Jaya atau Raden Said duduk bersila di depan tongkat yang ditancapkan Sunan Bonang tadi.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Tubuhnya dipenuhi tumbuhan dan semak belukar, tak terasa 3 tahun sudah Raden Said atau Loka Jaya, bertapa menunggu kedatangan Sunan Bonang. Suatu ketika Sunan Bonang melintasi wilayah itu dan baru teringat dengan Raden Said. Ketika Sunan Bonang datang ke tempat dulu ia menancapkan tongkatnya, Raden Said tidak terlihat, yang ada hanya gerombolan semak belukar. Ketika didekati, tenyata itu tubuh Said yang ditumbuhi semak belukar. Dengan terenyuh dibersihkan tubuh Said dari semak belukar. Sunan Bonang mencoba membangunkan Said dari pertapaannya, tapi Said tidak bisa dibangunkan dengan cara biasa. Sunan Bonang tersenyum dia tahu kalau Raden Said mendapatkan ma’rifat dari Allah, maka tidak ada cara lain untuk membangunkannya selain dengan adzan di telinga kanan dan dikhomati di telinga kiri. Barulah Raden Said terbangun dari tapanya.
Sunan Bonang : Qomat
Sunan Bonang : assalamu'alaikum said
Raden mas said : Waalaikumsalam kanjeng sunan
Sunan Bonang : Alhamdulillah kau berhasil menyelesaikan tugasmu, dan pakailah jubah putih ini, dan kamu akan menggenapi wali di Demak menjadi Walisongo
Raden mas said : Tidak kanjeng, biarlah aku memakai pakaian serba hitam ini untuk selalu mengingat akan dosaku yang kuperbuat selama ini
Sunan Bonang : Baiklah karena selam 7 tahun kau bertapa disini aku memberimu nama sunan Kalijaga
Scene 6
Setelah menjadi sunan, Kalijaga teringat dengan adiknya dan dia ingin kembali menemui adiknya tetapi ditengah hutan dia bertemu dengan seorang siluman
Siluman : apa kau Raden mas said
Sunan Kalijaga : Iya benar ada apa
Siluman : kau telah ditunggu seseorang putri dari kerajaan jin, ayo ikut denganku
Sunan Kalijaga : aku tidak mau
Siluman : Hadapi aku kalau kau tidak mau
Pertarungan berlangsung sengit tapi akal licik siluman itu dapat mengalahkan sunan Kalijaga dan membawanya ke kerajaan jin
Scene 7
Setelah sadar sunan Kalijaga ditemui seorang wanita yang tidak lain adalah putri kerajaan jin
Putri jin : Aku ratu dari semua jenis jin
Sunan Kalijaga : Kenapa kau membawaku kemari
Putri jin : aku ingin kau menjadi pendamping ku
Sunan Kalijaga : aku tidak mau bangsa jin dan manusia tidak bisa disatukan
Putri jin : kalau kau tidak mau aku akan mengurungmu, siluman kesini kau
Siluman : ada apa yang mulia ratu
Putri jin : kurung dia di penjara kasat mata sehingga tidak akan ada yang bisa melihat nya
Siluman : baik yang mulia akan saya laksanakan
Scene 8
Sunan Kalijaga akhirnya dikurung di dalam penjara tak kasat mata, suatu hari seorang pelayan pergi menghampiri sunan Kalijaga untuk membawakan makanan
Pelayan : aku akan melepaskan mu, pergilah jauh jauh kau dari tempat ini, ini tempat terkutuk
Sunan Kalijaga : kenapa kau menolong ku
Pelayan : Jangan banyak tanya, aku adalah utusan sunan Bonang, cepat pergi dari sini sebelum kau ketahuan
Sunan Kalijaga : Baiklah aku pamit, assalamu'alaikum
Ditengah hutan selama berbulan bulan dia tidak kunjung menemukan adiknya, dan akhirnya suatu hari dia menemukan sebuah kerajaan yaitu kerajaan demak dan bertemu dengan sunan Bonang, dan mereka akhirnya membangun masjid yang sekarang ini dikenal dengan masjid agung Demak
By : Yoga prastiyo
XI APHPI 2
SMKN Darul Ulum Muncar

